Kajian Semiotika Ferdinad de Saussure dan Pengertian Musik & Cover

 Kajian Semiotika Ferdinad de Saussure dan Pengertian Musik & Cover

Semiotika adalah ilmu yang mempelajari struktur, jenis, tipologi serta hubungan-hubungan tanda dalam penggunaanya di dalam kehidupan masyarakat. Semiotika mempelajari hubungan diantara unsur-unsur tanda, serta hubungan dengan unsur-unsur tersebut dalam pengunaan di lingkungan masyarakat. Semiotika berasal dari Bahasa Yunani, semion yang berarti tanda (sign). Kata semiotika diturunkan dari bahasa Inggris yaitu semiotics nama lain dari semiotika adalah semiology, keduanya memiliki arti dan makna yang sama yaitu sebagai ilmu tentang tanda. Semiotika bermula dari kajian tentang bahasa, yang kemudian berkembang menjadi kajian kebudayaan. Semiotika adalah akar dari perkembangan gerakan intelektual dan filsafat struktualisme dan poststrukturalisme tersebut.

Semiotika yang ditemukan dan dikembangkan oleh Ferdinand de Saussure pada periode 1900-an, Kajian tentang semiotika ini pada dasarnya adalah sebuah upaya untuk menelusuri kembali pemikiran-pemikiran para tokoh tersebut.

 

Saussure merupakan pelopor kajian linguistik modern. Pemikiran-pemikirannya mengenai linguistik disampaikan dalam bukunya yang berjudul course de linguistiqies generale. Buku tersebut diterbitkan tiga tahun setelah kematiaannya pada 1913 oleh dua orang mantan muridnya, Charles Bally dan Albert  Sechehaye.  Saussure juga merupakan salah satu tokoh pemikir tentang semiotika sebagai teori sastra, ia juga memperkenalkan semiologi yang mengkaji suatu makna dari suatu tanda sebagai bagian dari sistem bahasa.

 

Ferdinand de Saussure tidak hanya berjasa meletakkan dasar bagi pendekatan strukturalis pada bahasa tapi juga pada kebudayaan. Roland Barthes dan Philip Smith, menjelaskan bahwa Ferdinand de Saussure melihat bahasa sebagai sesuatu yang terdiri dari imaji akustik (kata dan bunyi) yang terkait dengan konsep (benda dan ide). Kaitan antara keduanya merupakan hasil kesepakatan. Hubungan antara penanda konsep bersifat arbitrer (acak dan bebas). Saussure mengklaim bahasa meruoakan sebuah sistem tanda (signs) yang terlibat dalam sebuah proses penandaan (signification) yang kompleks. Bahasa ini berfungsi sebagai perbedaan (difference). Sebagai contoh kata “sapi” memiliki makna karena kita dapat membedakan “sapi” dari kambing, bungga, rumah, dan lainnya. Dengan demikian, kata ada sebagai bagian dari jaring penanda-penanda  (signifiers) yang digabungkan dalam sebuah struktur keperbedaan (structure of difference-).

 

Ferdinand de Saussure mengedepankan pendekatan sinkronik daripada diakronik (kesejarahan) atas bahasa. Hal ini berarti Saussere ingin memetakan sebuah sistem bahasa pada suatu momen tertentu, dan tidak ingin terjebak dalam penelusuran sejarah kata. Ia membedakan langue (bahasa) dengan parole (ucapan). Parole adalam apa yang diucapkan seseorang pada waktu dan saat tertentu, sedangkan langue adalah struktur yada ada “di dalam” keseluruhan sistem tanda yang mendasari parole. Fokus kajian Saussure terletak pada langue (stuktur). Dengan menekankan sifat arbitrer penandaan, logika, dan struktur internal bahasa, ia ingin menunjukan bahwa bahasa merupakan fenomena yang sui generis. Artinya, bahasa itu otonom sebab makna diproduksi dalam sistem linguistik melalui sebuah sistem pembedaan.

 

Semiotika dengan Konstruksi Sosial memiliki korelasi atau hubungan yang menarik. Dalam semiotika yang sudah disebutkan memperhatikan petanda dan penanda yang memiliki 6 prinsip, yaitu :

1.    Pertama, prinsip struktural, yang di dalamnya tanda dilihat sebagai sebuah kesatuan antara sesuatu yang bersifat material, yang oleh Roland Barthes sebagai penerus Saussure disebut penanda (signifier) dan sesuatu yang bersifat konseptual, yang disebut petanda (signified).

2.    Kedua, prinsip kesatuan (unity). Sebuah tanda merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan antara bidang penanda yang bersifat konkrit atau material (suara, tulisan, gambar, objek) dan bidang petanda (konsep, ide, gagasan, makna), dua hal ini tidak dapat dipisahkan.

3.    Ketiga, prinsip konvensional (conventional). Hubungan struktural antara sebuah penanda dan petanda, dalam hal ini, sangat bergantung pada apa yang disebut konvensi (convention), yaitu kesepakatan sosial tentang bahasa (tanda dan makna) di antara komunitas bahasa.

4.    Keempat, prinsip sinkronik (synchronic). Keterpakuan kepada hubungan struktural menempatkan semiotika struktural sebagai sebuah kecenderungan kajian sinkronik (synchronic), yaitu kajian tanda sebagai sebuah sistem yang tetap di dalam konteks waktu yang dianggap demikan, mengabaikan dinamika, perubahan, serta transformasi bahasa itu sendiri di dalam masyarakat.

5.    Kelima, prinsip representasi (representation). Semiotika struktural dapat dilihat sebagai sebuah bentuk representasi, dalam pengertian, dalam

sebuah tanda hewan, misalnya mewakili sesuatu di dalam dunia realitas, sehingga hubungan tanda dan realitas lebih bersifat mewakili.

    6.    Keenam, prinsip kontinuitas (continuity). Ada kecenderungan pada semiotika struktural untuk                 melihat relasi antara sistem tanda dan penggunaannya secara sosial sebagai sebuah continuum,             yaitu sebuah hubungan waktu yang berkelanjutan dalam bahasa, yang di dalamnnya berbagai                 tindak penggunaan bahasa selalu secara berkelanjutan mengacu pada sebuah sistem atau struktur             yang tidak pernah berubah, sehingga di dalamnya tidak dimungkinkan adanya perubahan radikal             pada tanda, kode, dan makna. 


        Musik juga adalah ilmu atau seni menyusun nada atau suara dalam urutan, kombinasi, dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan. Pada abad 20 terjadi perubahan yang sangat signifikan dalam dunia musik. Perubahan tersebut dilatar belakangi oleh kemajuan ilmu pengetahuan yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia. Kemajuan pada bidang ilmu pengetahuan membawa perkembangan yang sangat pesat pada berbagai bidang khususnnya bidang musik. Saat ini musik menggunakan alat-alat instrument yang lebih modern dibandingkan sebelumnya sebagai contohnya adalah gitar listrik yang merupakan versi modern dari gitar tradisional.

          Cover adalah hal yang penting untuk sebuah Album, karena cover adalah salah satu penyampaian atas apa yang ada di dalam lagu-lagu yang terdapat dalam album tersebut. Seperti halnya berkomunikasi dengan gambar agar orang-orang tertarik untuk mendengar lagunya


Komentar